Media Alkhairat, Senin 24 November 2008
Rio Tinto Segera Bertemu Pemkab Morowali
Palu – Pemerintah dalam waktu dekat akan memfasilitasi pertemuan antara manajemen Rio Tinto Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah serta Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara, terkait upaya pengesahan Kontrak Karya (KK) proyek penambangan nikel di Lasamphala.
Direktur Jendral Mineral, Batu bara, dan Panas Bumi (Minerbapabum) Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral Bambang Setiawan menuturkan, dalam waktu dekat akan diatur pertemuan untuk mencari win-win solution terhadap seluruh pihak yang terkait.
“Segera, pemerintah yang akan memfasilitasi pertemuan antara Pemkab dengan Rio Tinto. Kalau sudah ada titik temu, baru hasil kesepakatan dituangkan dalam kontrak, dan kemudian ditandatangani,” ujar Bambang Setiawan di Jakarta saat itu. Dia menegaskan tandatangan KK Rio Tinto ini harus dilakukan akhir tahun ini sebelum Undang-undang Mineral dan Batu bara yang baru disahkan.
Salah satu faktor yang mengganjal disahkannya KK untuk Rio Tinto, masih adanya tumpang tindih lahan dengan perusahaan tambang lokal pemegang izin Kuasa Pertambangan (KP) yang dirilis Pemkab Morowali (Sulteng) dan Pemkab Konawe (Sultra). Agar permasalahan tumpang tindih lahan tersebut segera selesai, menurut Bambang dibutuhkan dukungan Pemkab Morowali dan Pemkab Konawe maupun Pemprov Sulawesi Tengah dan Pemprov Sulawesi Tenggara untuk turut membantu menyelesaikan masalah tersebut.
Sampai saat ini manajemen PT. Rio Tinto Indonesia masih membuka beberapa opsi untuk dibahas bersama dengan sejumlah pemerintah daerah. “Kami sangat terbuka dengan berbagai bentuk penyelesaian atas tumpang tindih lahan dengan pemegang kuasa pertambangan di Lasamphala.” Tutur Budi Irianto, Manajer Humas PT. Rio Tinto Indonesia.
Presiden Direktur PT. Rio Tinto Indonesia Omar S. Anwar sebelumnya mengatakan pembahasan antara perusahaan dan pemerintah pusat terkait isi klausul dalam kontrak karya sudah diselesaikan. Rio Tinto telah menyerahkan aplikasi KK proyek nikel Sulawesi sejak 2000.
Berkaitan dengan krisis keuangan global dan pengaruhnya terhadap rencana investasi Rio Tinto Indonesia, Omar menegaskan rencana investasi perusahaannya tidak mengalami perubahan. Rio Tinto tetap berencana menanam investasi proyek nikel di lahan yang terletak di dua kabupaten, yakni Kbupaten Morowali (Sulteng), dan Konawe (Sultra), sebesar US$ 2 miliar atau sekitar Rp 20 Triliun dengan kurs Rp 10.000.
“Masih tetap dikisaran US$ 2 miliar. Saya kira angka tersebut masih belum berubah. Tapi nantinya akan ada hasil kajian,” jelasnya kepada Media Alkhairat melalui telepon pribadinya.
Meski demikian, bila terjadi masalah dalam pendanaan proyek nikel Sulawesi tersebut, struktur keuangan induk perusahaan masih cukup baik. “Yang penting, kami ingin KK tersebut bisa segera disahkan,” ucapnya optimis. (jafar/syarif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar