Senin, 17 November 2008

Eksplorasi Tambang, Cudy: Kalau Merugikan Kita Tolak

Mercusuar, Senin 17 November 2008

Eksplorasi Tambang

Cudy: Kalau Merugikan Kita Tolak

Palu, Mercusuar – Sabtu, akhir pekan kemarin (15/11) Jatam Sulteng menggelar Dialog Public bertemakan Menyorot Untung Rugi Ekspansi Industri Pertambangan Di Sulawesi Tengah. Diskusi itu menghadirkan warga yang tinggal di kawasan potensi tambang seperti Watutela, Kelurahan Tondo, Poboya Kecamatan Palu Timur dan Kawatuna, Kecamatan Palu Selatan. Sementara narasumber yang dihadirkan diantaranya Walikota Palu, Rusdy Mastura, Wakil Ketua DPRD Kota Palu, Arifin Sanusi, Akademisi Untad, dan LSM Arianto Sangadji.
Warga Poboya Pamlan, mengatakan, pertambangan dapat mengancam krisis pangan karena ketersediaan lahan perkebunan warga akan berkurang bahkan lenyap. Sebab, perusahaan tambang yang masuk dapat mencapalok tanah milik masyarakat sehingga warga tersingkir dari sumber kehidupannya. “Kami masyarakat Poboya dengan tegas menolak perusahaan tambang untuk masuk di Poboya,” ungkap Pamlan, dihadapan peserta diskusi.
Walikota Rusdy Mastura dalam paparannya mengatakan, tambang di Poboya bukan atas izin Pemkot Palu, melainkan izin ada di pemerintah pusat, Pemkot hanya membuka ruang bagi investor dan tak mungkin menolak. Kalau menolak kata Cudy sapaan Rusdy Mastura, Pemkot harus punya alasan yang kuat dan rasional.
Pembicara lainnya mantan direktur WALHI Pusat, Khalid Muhammad, menegaskan, dibeberapa negara Eropa dan Asia belum ada pertambangan emas yang ramah lingkungan. Dimana ada pertambangan disitu ada kerusakan lingkungan, gejolak sosial, kemiskinan dan keresahan. Karena itu Khalid meminta agar Walikota Palu menolak rencana penambangan emas di Poboya.
Sementara itu akademisi Untad menilai, wilayah Poboya adalah daerah patahan yang mudah rusak bila dilanda bencana alam terutama gempa bumi. Sementara itu wilayah Poboya adalah daerah resapan dan sumber air untuk kehidupan masyarakat Kota Palu. Untuk pembangunan kota kedepan, wilayah Poboya bisa untuk pengembangan permukiman. Rencana pertambangan Poboya juga belum di Amdal, masih dalam proses pengumpulan data. Perlu pengkajian yang mendalam sebelum menerima atau menolak Tambang Poboya.
Dialog yang dipandu Tasrif Siara itu menyimpulkan, masyarakat dan pemerintah tidak serta merta menolak atau menerima pertambangan emas di Poboya., Melainkan melihat dulu untung rugi dari ekspansi atau perluasan wilayah industri pertambangan baru menyatakan sikap. MAN

Tidak ada komentar: