Rabu, 27 Januari 2010

WAJAH POBOYA, Dulu Berselimut Kini Telanjang

Media Alkhairat, Rabu 27 Januari 2010

WAJAH POBOYA
Dulu Berselimut Kini Telanjang

PALU – Pertambangan emas di kawasan Pegunungan Poboya yang merupakan wilayah konsesi PT Citra Palu Mineral (CPM), semakin memprihatinkan. Pegunungan yang dulunya hijau ‘berselimut’ belukar, kini sudah ‘telanjang’. Pepohonan tak terlihat lagi dari kaki gunung sampai ke puncak gunung. Yang terlihat hanyalah bebatuan besar dan tanah. Puluhan penambang beraktifitas di lereng-lereng gunung. Luas kawasan tambang mencapai 35 ribu hektar, 25 ribu hektar diantaranya milik CPM.

Dari pantauan Media Alkhairaat, Selasa (26/01) siang, penambang secara terus-menerus menggali dan mengangkut batu-batu turun dari pegunungan. Ada juga batu yang dibiarkan meluncur dari ketinggian sampai ke kaki gunung. Begitu pula puluhan truk dan pick-up, hilir mudik mengangkut ratusan karung batu dan dibawa ke tromol untuk diolah.

Parahnya lagi, aktivitas penambang tak hanya di lubang-lubang dan gunug, tapi juga disungai. Akibatnya, aliran sungai yang dulunya masih deras, sekarang kian melambat. Sejumlah penambang mengaku, hasilnya belum memuaskan. “Saya hanya jual yang dalam karung saja. Biasanya sehari mampu membawa sampai sepuluh karung dan langsung dijual kembali yang tidak punya lubang ,” ujar Irfan, salah seorang penambang.

Warga Marawola itu mengaku, belum dapat memastikan setiap karung ada emasnya. “Biasanya hanya dapat emas sedikit saja dengan kadar sampai 40 persen,” tambah Irfan.

Ris, penambang asal Manado Sulawesi Utara mengaku, belum mendapat emas. “Saya masi baru pak. Masi berusaha mencari-cari,” kelitnya. Memang, bila para penambang ditanya, rata-rata mengaku baru mulai kerja dan belum mendapat emas. Tapi melihat dari komdisi pegunungan yang sudah rusak, sulit untuk dipercaya.

Eksekutif Daerah (ED) Walhi Sulteng Wilianita Selviana menegaskan kawasan tambang Poboya harusnya ditutup atau moratorium. “Sejak lama kami sudah tegaskan agar tambang Poboya di moratorium. Pemerintah Daerah sepertinya membiarkan terjadinya pengrusakan,” kata Lita, panggilan akrabnya.
Kini di Poboya, lanjut Lita, sudah ada bibit-bibit konflik. Dari hasil investigasi Walhi, ada 12 korban tewas akibat tertimbun longsor dan gangguan pernafasan di lubang tambang. Ada juga yang meninggal akibat saling bacok. “Kala terus dibiarkan, tidak menutup kemungkinan korban akan terus berjatuhan. Sayangnya, korban-korban di pertambangan kurang terekspos di media,” ujar Lita.

Namun hal ini dibantah Ketua Tim Penambangan Tambang Emas Poboya Andi Mulhana Tombolotutu. “Sesuai dengan laporan polisi yang kami terima, sejauh ini belum ada korban yang jatuh akibat dampak tambang,” katanya saat dihubungi tadi malam.

SOSIALISASI KEPENDUDUKAN
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palu bersama Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palu, di kawasan Tambang poboya kemarin, melakukan sosialisasi kependudukan. Ratusan penambang dikumpulkan dan diberi pengarahan untuk melengkapi diri dengan identitas.

Saat dikumpulkan, banyak penambang mengaku belum memiliki identitas diri, seperti kartu tanda penduduk (KTP), kartu domisili sementara, atau surat pindah dari daerah sebelumnya. Di kawasan ini ribuan penambang yang beraktivitas, kebanyakan berasal dari Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Kami tidak bisa menjamin bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan disini. Jadi kartu identitas menjadi sangat penting,” ujar seorang petugas kependudukan. (PAT)

Tidak ada komentar: