Rabu, 03 Februari 2010

Penambang Siap Konfrontasi, *Tolak Kontrak Karya PT CPM

Radar Sulteng Online, Kamis, 4 Februari 2010

Penambang Siap Konfrontasi
*Tolak Kontrak Karya PT CPM


PALU – Warning Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Drs Muhammad Amin Saleh sama sekali tidak menciutkan nyali para penambang emas di Poboya. Bahkan, para penambang berjanji akan melakukan konfrontasi, jika mereka dipaksa angkat kaki dari areal tambang. Terlebih lagi jika tambang Poboya harus ditutup karena ada izin kontrak karya dari PT Citra Palu Mineral (CPM).
Sikap tidak diam saja terhadap upaya penutupan kegiatan penambangan itu disampaikan tokoh masyarakat dari Kelurahan Lasoani, Poboya dan Kawatuna. Tanggapan ini disampaikan para tokoh masyarakat tersebut sebagai respons atas statement Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Amin Saleh yang hendak menutup areal tambang pada 12 Maret 2010. Ketiganya sepakat, akan melakukan perlawanan.
Salah seorang tokoh pemuda Kelurahan Kawatuna, Rahman Y Topasando kepada Radar Sulteng, Rabu (3/2) mengemukakan, sikap Kapolda Amin Saleh tidak mencerminkan filosofi sebagai pengayom dan pelindung masyarakat (rakyat kecil). Dengan sikapnya yang terlihat memaksakan diri menutup areal tambang dinilainya, berpihak kepada pengusaha. Sebagai kapolda baru kata Rahman, haruslah melihat persoalan secara jeli.
Rahman menilai, upaya menutup tambang sama halnya memunculkan kriminalitas di tiga kelurahan tersebut. “Kapolda tidak perlu menghitung jumlah pasukannya untuk menutup tambang Poboya dan menyita tromol. Yang terpenting dilakukan adalah menghitung jumlah pengangguran dan angka kriminal sebelum dan sesudah adanya tambang Poboya,” kata Ketua Forum Pemuda Kawatuna itu.
Penutupan tambang juga dinilai tidak adil. Tokoh masyarakat Kelurahan Poboya, Adjaliman sangat menolak jika tambang ditutup. Persoalannya, kontrak karya dikeluarkan pada zaman pemerintah orde baru. Paradigmanya sudah berbeda dengan otonomi daerah saat ini. “Ini tanah moyang kami, kenapa harus ada izin dari PT Citra Palu Mineral (CPM). Kami tidak pernah dilibatkan sama sekali dalam proses kontrak karya. Kami tidak pernah ditanya, setuju atau tidak setuju, tiba-tiba wilayah kami sudah di kontrak karya-kan” tegasnya.
Dari Lasoani, Imran alias Romi juga sependapat dengan dua tokoh masyarakat tersebut. Menurut Romi, penutupan tambang tak ubahnya menutup peluang penambang lokal di Palu untuk bisa hidup sejahtera. “Sekarang sekitar 90 persen masyarakat Lasoani menjadi penambang selain PNS. Perubahan hidup sudah terasa. Jadi kalau ditutup jelas kami menolak,” katanya. Sebaliknya, jika penambang ditertibkan, mau-mau saja. “Kalau ditertibkan kita mau. Tertibkan penambang dari luar daerah terutama yang memicu konflik, atau menertibkan jaraknya antarlubang, itu kami menerima,” katanya.
Jika toh 12 Maret nanti, Kapolda Sulteng bersikeras menutup tambang, Romi melawan dengan jalur demokrasi, yakni demonstrasi. Tetapi jika ditutup, maka masyarakat penambang dari tiga kelurahan tersebut kata Romi siap melakukan konfrontasi alias berhadapan secara terbuka. “Kami jelas akan mempertahankan dengan cara apapun karena ini soal perut,” kata Romi.
Ia juga meminta ketegasan walikota soal tambang Poboya. Walikota tidak perlu takut untuk menjadikan tambang Poboya sebagai tambang rakyat. “Pak Wali kalau mau membela rakyat sangat setengah-setengah. Kita di belakang walikota,” ujar Romi.
Pada bagian lain, Adjaliman mengemukakan, saat ini penambang di Poboya berjumlah sekitar 7.000-an orang. Mereka ini berasal dari daerah Kota Palu maupun dari luar daerah. Tiap hari, jumlah penambang ini terus bertambah. Hal itu diketahui, karena tiap hari masyarakat dari berbagai daerah memadati rumah ketua dewan adat Poboya untuk mengurus kartu tambang.
Adjaliman mengatakan, perekonomian di Poboya mengalami peningkatan drastis sejak ada penambangan. “Mereka yang dulunya mabuk, sekarang sudah kerja dan bisa beli motor,” ujarnya.
Di Poboya, katanya, wilayah tambang yang dikelola warga saat ini terdiri dari empat lokasi, dengan luas ratusan hektar. Tambang A di Salupote, tambang B di Vatutempa, tambang C di Salogou dan tambang D di Kanodea.
Adjaliman mengaku tidak keberatan bila CPM mengeksplorasi tambang Poboya, asalkan tidak mengganggu keempat lokasi tambang tadi. “Kalau disitu, kami sangat menolak,” katanya. (bar)

Tidak ada komentar: