Garda Sulteng, Senin 15 Desember 2008
Jangan Pilih Caleg
Perusak Lingkungan
Palu, Garda Sulteng-
Pencitraan figure dalam politik praktis memang wajar-wajar saja, akan tetapi sangat mengkhawatirkan jika pemilih tidak diajarkan untuk cerdas. Pemilih bisa akan dengan mudah terkecoh dengan pose-pose yang sangat menarik tanpa tau dan kenal siapa orang yang berpose itu. Apalagi dengan kondisi saat ini, sebagian besar pemilih jadi apatis tidak lagi peduli siapa yang akan terpilih, karena mereka percaya tidak akan ada perubahan yang signifikan terjadi pada daerah dan negeri ini selama politik praktis itu dijadikan prioritas utama sebagai jalan menuju perubahan.
“Pemilu 2009 mendatang adalah momen penting menentukan arah perubahan bangsa ini pasca reformasi. Kemandirian serta kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi rakyat adalah hal utama bukan sekedar jargon. Namun jika para perusak lingkungan justru tetap diberi ruang yang seluas-luasnya, harapan itu akan tetap menjadi harapan dari masa ke masa. Sudah saatnya rakyat bangkit melawan pembodohan dengan politik pencitraan. Rakyat harus menjadi pemilih yang cerdas di Pemilu nanti dan karena itu jangan pilih caleg perusak lingkungan,” ujar Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulteng, Willianita Selviana, dalam press releasinya, kemarin.
Dikatakan aktivis berparas manis itu, kekhawatiran tersebut sangat beralsan. Dimana kondisi sosial, ekonomi dan ekologi yang semakin merosot tajam perlu menjadi bahan pertimbangan bagi semua pihak terutama para pengambilkebijakan dan wakil rakyat untuk tidak mementingkan diri sendiri ataupun golongan demi tujuan sesaat yang mengorbankan rakyat dan lingkungan. Angka kemiskinan yang terus meningkat ditengah-tengah kekayaan sumber daya alam yang dimiliki adalah potret iorni yang terjadi pada daerah ini.
“Eksploitasi sumber daya alam yang juga sebanding dengan perusakan lingkungan skala besar telah terbukti di depan mata. Bencana bertebaran disemua daerah tanpa bisa diprediksi lagi, hingga kewalahan menghadapinya. Sulteng tercatatat lebih dari 200 kali terjadi banjir dan longsor sepanjang tahun 2007 hingga 2008. sementara ‘karpet merah’ terus digelar untuk diekspansi industri pertambangan dan perkebunan skala besar (sawit) yang sepanjang sejarahnya selalu menimbulkan dampak lingkungan yang luar biasa. Bahkan sampai mnggusur sumber mata pencaharian utama rakyat. Siapapun yang membiarkan kondisi ini terus berlangsung, dia adalah perusak lingkungan dan tidak patut dipilih dalam Pemilu 2009,” tukas Lita sapaannya.
Ditambahkan aktivis yang punya julukan peri biru itu, fenomena politik praktis melalui pencitraan figur yang marak dilakukan oleh para politis akhir-akhir ini cukup mengkhawatirkan. Disemua daerah kabupaten dan kota, sepanjang jalan yang dilewati pasti terpampang baliho-baliho besar yang membuat himbauan untuk memilih orang-orang yang berpose didalamnya yang katanya berjuang untuk kepentingan rakyat melalui Pemilu 2009.
“Tata kota yang memang sudah semrawut semakin buruk dengan bertebarannya atribut kampanye dimana-mana. Baliho, banner, pamphlet, sticker, semua terpajang ditiap sudut kota bersanding dengan iklan rokok, sabun, detergen, motor dan handphone atau produk lainnya yang selama ini terpajang rapi ditempat yang memang telah disediakan. Karena iklan-iklan ini jelas kontribusinya ke daerah melalui pembayaran retribusi, lalu bagaimana dengan politisi yang memasang pose mereka akankah juga membayar retribusi? Belum tentu, tunggu nanti sajalah jika mungkin terpilihm,” tandas Lita. EFR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar