Rabu, 29 April 2009

Dua Warga Sioyong Tertembak Saat Memprotes Pengangkutan Material Batu

Berita Utama
Radar Sulteng
Kamis, 30 April 2009
Dua Warga Sioyong Tertembak
Saat Memprotes Pengangkutan Material Batu

PALU- Aksi unjuk rasa menuntut penghentian pengangkutan material di sungai di Desa Sioyong Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala, Selasa (28/4) lalu, berakhir dengan bentrokan antara polisi dari satuan Brimob Daerah Sulteng dan masyarakat. Bentrokan itu menyebabkan dua warga Sioyong tertembak di bagian kaki yakni Syarifuddin (30) dan Ramang Datu Adam (35) serta korban dari anggota polisi Ipda Ilyas dan Bripka King Roby mengalami luka di bagian kepala akibat terkena lemparan batu.
Ditemui di IGD Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Undata, kemarin (29/4) korban Ramang, menuturkan peristiwa itu terjadi saat ratusan warga desa melakukan unjuk rasa dan menghadang mobil-mobil yang akan mengangkut material batu dari sungai. Namun aksi itu dihadang oleh anggota Brimob bersenjata lengkap dan melarang warga untuk mendekati mobil truk yang mengangkut batu.
Entah bagaimana tiba-tiba terdengar tembakan berkali-kali dan mengenai betis kanannya. “Kejadiannya Selasa malam sekitar pukul 7 malam. Yang saya dengar suara tembakan berkali-kali dan saat tembakan ke arah tanah itulah kaki saya terkena tembakan dan saya langsung terjatuh ke tanah,” ujarnya sembari menunjukkan luka tembak di kakinya.
Menurut Ramang, warga tidak setuju dengan pengambilan batu gajah di aliran sungai karena mengancam pemukiman warga ketika terjadi banjir. Pihak perusahaan yang mengangkut batu yaitu PT Asean Jaya Mandiri Perkasa (AJMP) kata Ramang, sudah pernah melakukan pertemuan dengan masyarakat namun tidak ada penyelesaian.
PT AJMP tetap memaksa dan terus memuat batu. Dari situlah sehingga warga tidak terima dan mencoba menghentikan paksa kegiatan pengangkutan batu. “Warga tahan mobil yang angkut batu sebelum ada penyelesaian. Pihak PT AJMP saat itu sudah mendatangkan anggota Brimob yang jumlahnya sekitar 12 orang itu yang tembak saya dan teman saya,” bebernya.
Hal senada dikatakan korban Syarifuddin. Menurutnya, saat itu bunyi tembakan seperti air diberondong ke arah tanah hingga betis kanannya terkena peluru. Dikatakannya, malam itu ia bersama warga lainnya sedang ramai-ramai hendak menghentikan mobil truk yang beroperasi dan mereka sudah dihadang aparat Brimob dan anggota Polsek Damsol.
Hadir juga saat itu Kapolsek Damsol yang menyuruh warga mundur. “Kapolsek bilang siapa yang tidak berkepentingan mundur. Karena warga tidak mau mundur akhirnya anggota Brimob langsung melepaskan tembakan,” tuturnya.
Informasi lain yang diperoleh, saat itu juga polisi dari Brimob yang diperkirakan berjumlah 12 orang, berupaya untuk melakukan negosiasi dengan warga. Saat negosiasi itu berjalan alot, tiba-tiba hujan batu mengarah ke polisi. Akibatnya anggota polisi Ipda Ilyas dan Bripka King Roby luka terkena batu.
Di saat situasi kacau, polisi melakukan tembakan peringatan ke udara. Peringatan itu tak membuat warga yang sudah memegang senjata tajam menjadi ciut, namun berusaha mendekati petugas. Kontan, polisi mengarahkan senjatanya ke arah kaki. Hasilnya, massa pun langsung membubarkan diri.
Kapolres Donggala, AKBP Fadjar Abdillah SSTmk, SH yang dikonfirmasi mengatakan, setelah satu jam insinden itu baru dapat informasi adanya dua warga yang tertembak. ‘’Kalau Syarifuddin, hanya mengalami luka gores sedangkan Ramang terkena tembakan di bagian betis kanan. Tapi dari hasil ron gent, tidak ditemukan proyektil,” jelas Fadjar Abdillah, kemarin.
Dikatakan Kapolres, saat ini, kondisi TKP telah kondusif. “Saya tadi (kemarin,red) sudah ke TKP. Situasi di sana sudah kondusif. Sedangkan untuk biaya pengobatan korban yang tertembak, akan kami tanggung,” kata mantan Kasat II Ditreskrim Polda Sulteng ini.
Dihubungi terpisah, Kabid Humas Polda Sulteng AKBP Irfaizal Nasution membenarkan adanya penembakan warga oleh polisi di desa Sioyong, Kecamatan Damsol, Kabupaten Donggala. Menurut Irfaizal kronologis kejadiannya saat itu sekelompok warga menghadang truk yang membawa batu dari sungai. Saat itu suasana memanas hingga terjadi bentrok antara warga dengan aparat Brimob.
Saat itu Kapolsek Damsol sudah berupaya menenangkan massa namun warga tetap memaksa dan anggota Brimob sudah melakukan langkah persuasif dan melakukan tembakan peringatan dan tembakan gas air mata. “Dari laporan yang kami terima korban Sapruddin mengalami luka lecet di bagian kakinya dan korban Ramang yang mengalami luka serius di kakinya,” jelas Irfaizal.
Irfaizal, menambahkan saat ini pihak Propam sementara turun melakukan penyelidikan apakah oknum anggota Brimob melakukan penembakan sesuai dengan protap-protap yang ada. “Jadi kebenaran peristiwa penembakan dan jenis peluru yang dipakai masih akan dilakukan pemeriksaan saat ini belum bisa diketahui,” terang Irfaizal.
PT AJMP
PUNYA IZIN
Sementara Direktur PT AJMP Moh Reza Akbar, menjelaskan pada dasarnya pihaknya sudah memenuhi ketentuan secara administrasi baik dari Pemkab Donggala dengan surat-surat izin dan pihak kepala desa soal persetujuan pengambilan batu gajah di sungai. “Kami memiliki izin dari Pemkab Donggala dan juga surat kesepakatan kerja sama dengan desa yang ditandatangani kepala desa Parisan Agung. Kami heran kenapa tiba-tiba ada sekelompok warga yang menolak pengangkutan batu, padahal sudah ada kesepakatan kerja sama dengan kepala desa dari hasil pertemuan dengan warga,” terangnya sembari memperlihatkan berkas kerjasama dengan pihak desa.
Moh Reza, menegaskan melihat kondisi sekelompok warga yang tidak setuju dengan pengambilan batu dari sungai mulai hari ini (kemarin,red) terpaksa menghentikan secara total proyek tersebut dan akan beralih pada lokasi lain. “Walaupun saya mempunyai surat-surat izin dari Pemkab dan surat kerjasama dari pihak desa terpaksa saya hentikan pengambilan batu gajah,” tukasnya.
REAKSI PEMUDA
Sejumlah tokoh pemuda di Desa Sioyong, menyayangkan insiden tersebut. “Yang menjadi akar persoalannya itu adalah aktivitas eksploitasi material di sungai Sioyong. Dalam menjalankan proyek tersebut, pemerintah sepertinya tidak memiliki perencanaan yang matang,” kata salah seorang tokoh pemuda Desa Sioyong, Saiful S.Hut kepada Radar Sulteng, tadi malam.
Menurut dia, masyarakat Desa Sioyong geram karena batu-batu besar yang berfungsi sebagai penahan air saat musim hujan, dieksploitasi. “Itu namanya memperbaiki satu wilayah, tapi merusak wilayah yang lain,” kata Saiful yang ditemani Ketua Himpunan Pelajar Mahasiswa Dampelas, Sahrun.
Ditegaskan Saiful, insiden penembakan tersebut, adalah dampak yang timbul karena ketidakjelasan pemerintah dalam hal perencanaan suatu kegiatan. “Proyek ini kan sudah berlangsung sejak tahun lalu, dan persoalan seperti ini sudah berulang kali terjadi. Kalau ada gejolak demikian, kenapa pemerintah tidak mengkaji kembali kebijakannya,” tukasnya. Olehnya, pihaknya akan berkoordinasi dengan beberapa lembaga lainnya untuk mengawal dan mencari jalan keluar yang terbaik bagi persoalan ini. (ato/ron)

Tidak ada komentar: