Minggu, 06 September 2009

Satu Penambang Poboya Tewas

Mercusuar, Senin 7 September 2009

Satu Penambang Poboya Tewas


PALU, MERCUSUAR - Salah satu lubang tambang emas di Tambang Poboya, longsor, Kamis malam (3/9). Akibatnya, dua warga Kotamobagu, Sulut dan seorang warga Kelurahan kawatuna terluka.

Informasi yang diperoleh, ketiga orang tersebut mengalami luka yang cukup parah, ada yang dibagian kepala dan ada yang dibagian tangan. Setelah tertimpa musibah tersebut, dua warga Kotamobagu langsung dipulangkan ke kampung halamannya, demikian pula warga Kelurahan Kawatuna itu.

Diketahui, warga Kawatuna yang mengalami luka-luka akibat longsor bernama Alimin, sementara dua warga Kotamobagu tersebut namanya belum diketahui.
Bahkan beredar kabar, jika salah seorang warga Kotamobagu meninggal kemarin (6/9) pagi, di kampung halamannya di Kotamobagu. Korban meninggal, karena luka yang dideritanya cukup parah.

“Saya dapat kabar korban yang dilarikan ke Kotamobagu, tadi pagi (kemarin) meninggal,” kata salah seorang penambang emas Poboya sembari meminta namanya tidak disebut.

Dia menambahkan, longsor tersebut terjadi pada malam hari. Saat itu, tiga orang penambang tersebut memaksakan untuk menambang, padahal diluar tengah hujan deras. Kemudian, salah seorang penambang memukul tiang lubang tambang tersebut, sehingga tanah yang berada diatasnya roboh.

“Dalam lubang tambang, ada tiang penyangganya. Memang tiang itu adalah batu emas, namun tidak boleh dipukul (Diambil). Sebab, jika diambil, maka tanah yang ada diatasnya akan roboh. Itu yang terjadi pada tiga orang tersebut,” jelasnya.
Sementara salah seorang penambang lain membenarkan hal itu. Menurutnya, Alimin adalah warga Kelurahan Kawatuna, bukan warga Poboya seperti yang diisukan.
“Tidak ada nama Alimin di Poboya. Alimin itu warga Kawatuna,” katanya.

Ketika ditanya nama penambang asal Kotamobagu itu, penambang tersebut tidak mengetahuinya, karena jumlah penambang asal Kotamobagu di Tambang Poboya sangat banyak. “Saya tidak tahu namanya le,” singkatnya.


PEMKOT BELUM BERGERAK

Kasus longsor di tambang Emas Poboya yang menelan korban jiwa dan luka-luka, Sabtu (5/9) dinihari, belum ditindak lanjuti Pemkot Palu, karena warga tidak melaporkan hal kejadian itu kepada pemerintah.

“Untuk masalah itu, sudah jauh hari, kita sudah berikan sosialisasi kalau tambang berbahaya. Tapi, kalau warga terus masuk karena mau duit, mau diapakan lagi. Padahal kita sudah pernah usir satu kali, tapi kembali lagi. Bahkan, banyak dari luar daerah yang datang melakukan penambangan,” kata Walikota Palu, Rusdy Mastura di Stisipol Panca Bhakti, kemarin (6/9).

Untuk itu, pihaknya sudah menyerahkan permasalahan langkah-langkah tindakan dan kebijakan kepada Pemerintah Provinsi Sulteng dalam hal ini Gubernur, untuk menindak semua hal yang berkaitan dengan Poboya.

“Kita hanya memantau dan melaporkan, baik data kependudukan, pemeriksaan air dari pencemaran, dan kegiatan lainnya yang berbahaya,” kata Cudy—sapaan akrab Walikota Palu.


Untuk kasus itu, Walikota mengakui belum sempat meninjau lokasi, tapi menyerahkannya kepada pihak kelurahan Poboya dan Camat Palu Timur untuk memantau perkembangan terakhirnya. “Saya belum tahu, yang saya tahu ada yang patah tangan. Kalau yang meninggal saya belum tahu,” tutupnya. STY


HENTIKAN PERTAMBANGAN

Kalangan aktivis lingkungan Sulteng mendesak pemerintah daerah segera mengambil tindakan penghetian sementara aktivitas pertambangan di Poboya. Hal itu berdasarkan laporan tewasnya seorang penambang emas Poboya asal Kota Mobagu Gorontalo, Jum’at malam akibat tertimpa longsoran tanah saat melakukan aktivitas penggalian.

Aktivis Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Sulteng, Hamdin mengatakan, moratorium atau jeda sementara aktivitas pertambangan di wilayah itu mutlak diperlukan untuk mencegah agar tak ada lagi penambang yang menjadi korban.

Hamdin menilai, Gubernur Sulteng belum mengambil tindakan strategis terhadap usulan adanya moratorium. Meskipun baru-baru ini telah mengumpulkan sejumlah aktivis peduli lingkungan untuk mendengar masukan mereka seputar penanganan Poboya, namun sepengetahuan publik, pemerintah belum maju selangkah.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulteng Wilianita Silviana justeru meminta masyarakat dan penambang di Poboya secara sadar menghentikan sementara aktivitas mereka melakukan penambangan, apalagi dengan adanya korban yang tertimpa longsoran ini. Masa jeda itu kemudian akan dimanfaatkan pemerintah untuk menganalisa dampak lingkungan atau efek pertambangan serta pada wilayah mana saja area pertambangan dibolehkan.


Ia mengaku, sikap persuasif pemerintah terhadap penambang untuk berhenti beraktivitas sementara tidak akan berhasil kalau hanya bertepuk sebelah tangan, alias lemah dukungan masyarakat. “Harus ada tindakan pencegahan secepatnya dari pemerintah provinsi dan pemerintah kota. Ini pelajaran jangan sampai ada korban lagi,” ujar Lita, sapaan akrabnya. GUS/STY/OTR

Sumber: http://www.harianmercusuar.com/?vwdtl=ya&pid=1118&kid=all

Tidak ada komentar: