Senin, 27 April 2009

Walhi Protes Pengerukan Sungai sioyong

Media Alkhairat, Senin, 27, April. 2009

Walhi Protes Pengerukan Sungai sioyong
Palu – Walhi Sulawesi Tengah memprotes aktivitas pengerukan batu di sungai sioyong oleh PT. Asean Tunggal Mandiri yntuk pembangunan tangggul penahan abrasi pantai di Desa Sabang kecamatan Damsol, Donggala.
Demikian disampaikan Kepala divisi Advokasi & kampanye Walhi Sulteng Andika setiawan melaluin siaran diterimah Media Alkhairaat , Ahad (26/04) kemarin. Menurut Andika, pengerukan atau pengambilan batu di hulu irigasi Sioyong berpotensi menyebabkan pandangkalan pada mulut irigasi. Konsekwenisnya kemudian debit air yang keluar dari irigasi semkin kecil. Padahal, menurut Andika , irigasi yang dibangun sekitar tahun 1986 tersebut saat ini merupakan salah satu-satunya penyuplai air bagi lebih dari 1000 Ha sawah di Desa Sioyong, Parisan Agung , dan Desa Karya Mukti.
Lebih lanjut Andika menyampaikan aktivitas pengerukan batu yang dilakukan oleh PT. Asean Tunggal Mandiri Perkasa tersebut merupakan mala petaka bagi petani ditiga Desa yakni Sioyong, Parisan , dan Karya mukti. Betapa tidak , sampai saat ini diperkirakan aktivitas penggalian yang dilakukan oleh perusahaan telah mancapai 2 KM kea rah hulu sungai Sioyong. Aktivitas penggalian batu yang dilakukan di hulu irigasi tersebut akan mendorong pergerkan tanah dan pasir secara signifikan ke hilir bendungan akibatnya kamudian akan terjadi pendangkalan dihilir atau bendungan karena penumpukan material ( pasir dan tanah ) , jika musim penghujan dan debit air bertambah ,’’ tegas Andika.
Kata dia ,’’ Seharusnya Pemerintah Dongggala belajar dari beberapa pengalaman banjir yang terjadi , karena tegakan hutan dihulu sungai Sioyong juga sudah rusak parah ketika terjadi curah hujan yang tinggi otomatis debit air akan meluap dan akan berpotensi pada banjir bandang karena bebatuan yang ada di aliran sungai telah habis jika itu terjadi maka 1300 hektar sawah akan jadi lahan berserakan lumpur ,’’ terang Andika. Dia menambahkan , saat ini petani sudah mulai resah karena jalur kendaraan yang dilalui masuk ke kebun dan merusak tanaman seperti kelapa dan durian .’’ Apabila ini terus menerus dilakukan maka kerugian besar akan dialami oleh Petani.’’ Ungkapnya.